Selasa, 24 Desember 2013

Mengapa Kita Butuh Allah?


 

Banyak orang merasa mereka bisa hidup tanpa Allah atau terlalu sibuk untuk mengingat Dia. Apakah mengenal dan mengingat Allah memang penting?

Tetragrammaton

Tetragrammaton

 

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari

Tetragrammaton dalam hiasan kaca di gereja Episkopal tahun 1868 di in Iowa
Tetragrammaton (Bahasa Yunani: τετραγράμματον kata dengan empat huruf) nama dalam bahasa Ibrani untuk Tuhan, yang dieja (dalam huruf Ibrani); י (yod) ה (heh) ו (vav) ה (heh) atau יהוה (YHWH), tetragramaton adalah nama pribadi dari Tuhan orang Israel.

Minggu, 22 Desember 2013

Tema Agung Alkitab.




Menafsirkan Alkitab Rahasia-rahasia yang tersimpan dalam buku Wahyu telah lama membingungkan siswa-siswa Alkitab yang tulus hati. Pada waktu yang Allah tentukan, rahasia-rahasia itu harus disingkapkan, tetapi bagaimana, kapan, dan kepada siapa? Hanya roh Allah yang dapat memberitahu maknanya bila waktu yang telah ditentukan sudah dekat. (Wahyu 1:3, NW) Rahasia-rahasia suci itu akan disingkapkan kepada hamba-hamba Allah yang bergairah di bumi agar mereka dikuatkan untuk mengumumkan keputusan-keputusan penghakimanNya. (Bandingkan Matius 13:10, 11.) Kami tidak menyatakan bahwa penjelasan dalam publikasi ini sempurna. Seperti Yusuf pada jaman dulu, kami mengatakan: ”Bukankah Allah yang berhak menafsirkan?” (Kejadian 40:8, NW) Tetapi, pada waktu yang sama, kami dengan yakin percaya bahwa penjelasan yang diuraikan di sini selaras dengan Alkitab secara keseluruhan, yang memperlihatkan betapa secara luar biasa nubuat ilahi telah digenapi dalam peristiwa-peristiwa dunia pada jaman kita yang penuh bencana ini.

AMSAL Alkitab mengatakan: ”Akhir suatu hal lebih baik dari pada awalnya.” (Pengkhotbah 7:8) Dalam buku Wahyu inilah kita membaca tentang klimaks yang dramatis dari maksud-tujuan Allah yang mulia untuk menyucikan namaNya di hadapan semua makhluk ciptaan. Seperti dinyatakan Allah berulang kali melalui salah seorang dari nabi-nabiNya yang terdahulu: ”Mereka akan mengetahui bahwa Akulah [Yehuwa].”—Yehezkiel 25:17; 38:23.

Yesus


PANDANGAN ALKITAB

 

Apakah Yesus itu Allah?

”Tidak seorang pun pernah melihat Allah.”Yohanes 1:18.

APA KATA ORANG

Banyak yang yakin bahwa Yesus bukan Allah. Yang lain berpendapat bahwa menurut beberapa ayat Alkitab, Yesus setara dengan Allah.

Caranya Menjadi Pendengar yang Baik


BANTUAN UNTUK KELUARGA | PERKAWINAN

 

TANTANGANNYA

[Gambar di hlm. 12]

”Kamu enggak pernah dengerin aku!” kata teman hidup Anda. ’Lho? Aku dengerin kok,’ pikir Anda. Rupanya, apa yang ingin dia sampaikan berbeda dengan maksud yang Anda tangkap. Akibatnya, kalian pun bertengkar.
Kalian bisa menghindari masalah semacam ini. Pertama-tama, coba perhatikan apa saja yang bisa membuat Anda tidak menangkap maksud kata-kata teman hidup Anda, padahal Anda merasa sudah mendengarkan.

Sabtu, 21 Desember 2013

BENARKAH YESUS LAHIR PADA TANGGAL 25 DESEMBER?


 

11 Desember 2012 pukul 23:52
Kitab Perjanjian Baru tidak memberikan informasi tanggal kelahiran Yesus sehingga pemunculan tanggal 25 Desember menimbulkan berbagai kontroversi diantara kalangan Kristen sendiri. Darimana asal usul perayaan kelahiran Yesus pada tanggal 25 Desember? Pertanyaan ini membelah menjadi dua kelompok jawaban. Kelompok pertama menghubungkan tanggal 25 Desember kepada perayaan paganisme Roma yang diadopsi dalam Kekristenan. Kelompok kedua menghubungkan tanggal 25 Desember pada catatan kuno Bapa Gereja sebelum Konsili Nicea.






Pandangan Pertama:

Asal Usul Paganisme Dari Natal 25 Desember

Pandangan pertama menghubungkan perayaan Christmass pada tanggal 25 Desember dengan adopsi unsur-unsur kekafiran oleh gereja Katolik maupun Ortodox. Perhatikan beberapa kutipan berikut:

Pope admits Dec. 25 was not Christ's birthday




A brother posted a photo of a newspaper saying "Pope Benedict: Jesus wasnt born of Dec. 25" it surprised me so i search it in the internet and then i found out that it is true.

Jumat, 20 Desember 2013

Apa yang Alkitab Katakan tentang Paskah?

 


Jawaban Alkitab

Perayaan Paskah (Easter) tidak berdasarkan Alkitab. Jika Anda memeriksa sejarahnya, Anda akan mengetahui makna Paskah yang sebenarnya, yaitu tradisi kuno yang berhubungan dengan ritual kesuburan. Perhatikan beberapa hal berikut.

Apakah Berita di Media Bisa Dipercaya?


SEDARLAH! DESEMBER 2013

 

Banyak orang ragu akan berita yang mereka baca dan dengar. Cari tahu bagaimana agar kita bisa berhati-hati, sambil tetap berpikiran terbuka.

Berapa Lama Anda Bisa Hidup?


TOPIK UTAMA

 

KETIKA mati pada 2006, Harriet berumur kira-kira 175 tahun. Tentu saja, Harriet bukan manusia. Ia seekor kura-kura Galapagos, dan tinggal di sebuah kebun binatang di Australia. Dibanding kita, umur Harriet jauh lebih panjang. Namun, dibanding umur makhluk hidup lain, umur sepanjang itu bukanlah hal yang luar biasa. Perhatikan beberapa contoh.

Seorang Ahli Bedah Ortopedi Menjelaskan Imannya


WAWANCARA | IRÈNE HOF LAURENCEAU

 

Dr. Irène Hof Laurenceau adalah seorang ahli bedah ortopedi di Swiss. Pada suatu waktu, ia pernah meragukan keberadaan Allah. Tetapi, bertahun-tahun kemudian, dia akhirnya menyimpulkan bahwa Allah ada dan bahwa Ia adalah Sang Pencipta kehidupan. Sedarlah! mewawancarainya tentang pekerjaannya dan imannya.

Kamis, 19 Desember 2013

NATAL TANGGAL 25 DESEMBER ADALAH SEBUAH KEBOHONGAN

  • SELAMAT DATANG

  •  

    SEJARAH NATAL
    Kata natal berasal dari bahasa Latin yang berarti lahir. Secara istilah Natal berarti upacara yang dilakukan oleh orang Kristen untuk memperingati hari kelahiran yesus.Peringatan Natal baru tercetus antara tahun 325 – 354 oleh Paus Liberius, yang ditetapkan tanggal 25 Desember, sekaligus menjadi momentum penyembahan Dewa Matahari, yang kadang juga diperingati pada tanggal 6 Januari, 18 Oktober, 28 April atau 18 Mei. Oleh Kaisar Konstantin, tanggal 25 Desember tersebut akhirnya disahkan sebagai kelahiran Yesus (Natal). 

    Natal 25 Desember adalah kebohongan public sepanjang masa!!!


    Menu

    Kontroversi Natal: Kebohongan Sinterklas menurut Dr. Nathan Grills



    On Jumat, 23 Desember 2011 / Reply


    Kontroversi Natal: Kebohongan Sinterklas, Sosok Pemalas


    MELBOURNE (voa-islam.com) – Natal alias Christmas yang dirayakan umat Kristen seluruh dunia, hampir tak bisa dipisahkan dari sosok Sinterklas (Santa Claus). Tokoh ini selalu dinanti oleh anak-anak setiap perayaan Natal di akhir tahun. Namun, di balik penampilannya yang tambun, bermuka merah dan riang gembira, sosok khas Sinterklas itu justru bisa memberi pendidikan buruk bagi anak-anak.

    Demikian menurut hasil penelitian seorang akademisi Australia, Dr. Nathan Grills dari Universitas Melbourne. Diterbitkan dalam British Medical Journal, Gills menyatakan bahwa karakter unik Sinterklas kini bisa dipandang sebagai tokoh yang mempromosikan gaya hidup yang tidak sehat.

    ...Sinterklas dianggap tokoh yang terlalu banyak makan, minum, dan kurang berolahraga. Sifat-sifat malas ini tidak bagus untuk anak-anak...

    Menurut Grills, dengan tubuhnya yang selalu digambarkan tambun, Sinterklas dianggap tokoh yang terlalu banyak makan, minum, dan kurang berolahraga. Sifat-sifat malas ini tidak bagus untuk anak-anak, yang selalu senang dengan Sinterklas karena selalu memberi hadiah natal - walau itu berasal dari orang tua mereka.

    Seperti dikutip laman stasiun televisi ABC News, dengan penampilan saat ini, Grills meyakini bahwa Sinterklas kemungkinan telah menjadi figur yang paling populer dan kini sering dimanfaatkan menjadi alat pemasaran berbagai produk, termasuk makanan cepat saji hingga minuman keras.

    Senin, 16 Desember 2013

    Betlehem—Lambang Persatuan dan Kasih Kristen?

    Betlehem—Lambang Persatuan dan Kasih Kristen?

    ”BETLEHEM . . . adalah bukti dari kasih yang tidak berkesudahan, pelajaran mengenai kerendahan hati.”—Maria Teresa Petrozzi, pengarang buku Bethlehem.

    Apakah Betlehem mempunyai arti demikian bagi saudara? Mungkin begitu, karena ratusan juta orang yang tulus dan pencinta perdamaian di dunia memandang Betlehem dengan penuh hormat, terutama sekitar bulan Natal. Mereka ingat bahwa kota kecil di Timur Tengah ini adalah tempat kelahiran ”Pangeran Perdamaian” (NW), Kristus Yesus. Selama berabad-abad orang berbondong-bondong berziarah ke sana ke salah satu tempat yang paling suci bagi Susunan Kristen, dan mungkin untuk memujanya. Itu adalah Grotto of the Nativity (Gua Natal), gua yang menurut kisah turun-temurun adalah tempat kelahiran Kristus Yesus. Gua itu terletak dalam kompleks yang besar dan bersejarah yang disebut Church of the Nativity (Gereja Kelahiran Kristus).—Yesaya 9:5; Matius 2:1.

    Namun, dalam kenyataannya, apakah tempat-tempat suci tradisional ini merupakan pusat dari persatuan, kasih dan kerendahan hati Kristen? Apa yang dapat saudara simpulkan dari hal-hal berikut ini?

    Penulis Katolik Maria Teresa Petrozzi memberikan komentar dalam buku Bethlehem, ”Mulai abad ke-16, [Bethlehem] menjadi ajang pertempuran-pertempuran yang dahsyat dan berdarah antara orang-orang Latin [Katolik Roma] dan orang-orang Yunani [para penganut Ortodoks Yunani] memperebutkan wewenang dalam Gereja Kelahiran Kristus.” ’Pertempuran-pertempuran berdarah’ yang terus berlangsung memperebutkan kekuasaan ini sering berkisar pada bintang perak di Grotto of the Nativity, yang terletak di bawah tanah, di bawah Gereja Kelahiran Kristus. Bintang ini dikatakan menandai tempat sebenarnya dari kelahiran Kristus. R. W. Hamilton menulis dalam bukunya The Church of the Nativity, Bethlehem, ”Umum mengetahui bahwa dua dari masalah-masalah pangkal pertikaian antara Perancis dan Rusia yang menyebabkan pecahnya perang Krim adalah soal persaingan dalam hak milik atas kunci-kunci dari pintu-pintu utama basilika dan ruang di bawah tanah [Grotto of the Nativity], dan soal pencurian yang misterius pada suatu malam pada tahun 1847 atas bintang perak dengan tulisan Latin yang tertera pada sebuah lempengan marmer di bawah altar Gereja Kelahiran Kristus.”

    Apakah Orang Mati Betul-betul Mati?


     

    PrintPDF

    Kematian pastilah salah satu topik yang paling disalahmengerti zaman sekarang ini. Bagi banyak orang, kematian adalah suatu misteri dan menimbulkan perasaan takut, tidak pasti, dan bahkan ketidakberdayaan. Orang-orang lain percaya bahwa kerabat, teman, atau kekasih mereka yang sudah mati sebetulnya tidak mati, tapi tinggal bersama mereka atau di alam lain! Dan banyak juga yang masih bingung tentang hubungan antara tubuh, roh, dan jiwa. Tapi apakah memang penting apa yang kita percaya mengenai kematian? Ya, tentu saja! Sebab apa yang Anda percaya tentang orang mati akan membuat dampak yang besar bagi apa yang akan terjadi pada diri Anda di zaman akhir. Tak boleh ada keraguan sedikit pun, jadi Pelajaran ini akan memberi Anda informasi secara akurat mengenai apa kata Tuhan tentang topik ini. Bersiaplah mendapat informasi yang akan membukakan mata Anda!




    1. Bagaimana kita bisa ada di planet ini?

    "ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup." (Kejadian 2:7.)

    Jawab: Tuhan menciptakan kita dari debu (tanah).


    Keterangan Gambar :
    Adam diciptakan oleh Tuhan dari debu (tanah) pada permulaan zaman.

    Kamis, 12 Desember 2013

    Apa Kebenaran mengenai Betlehem dan Hari Natal?



    ”PADA waktu kita berpikir mengenai Misteri Betlehem kita tidak dapat menghindari pertanyaan-pertanyaan dan keragu-raguan yang muncul dalam pikiran kita.”—Betlehem, karya Maria Teresa Petrozzi.


    ’Mengapa ada pertanyaan dan keragu-raguan?’ saudara mungkin bertanya. Padahal, berbagai kepercayaan mengenai Natal, dan tempat-tempat yang bersangkutan dengan kepercayaan-kepercayaan itu, didasarkan atas fakta. Atau, betulkah demikian?

    Di Amerika, Dilarang Mengucapkan Selamat Hari Natal

     HL | 25 December 2012 | 13:32 Dibaca: 5103   Komentar: 0   26 

    13564310781348658873
    Ilustrasi/Admin (KOMPAS.com)
    Kalau Anda berada di Amerika (dan juga disebagian besar negara Barat yang lain), Anda mungkin akan mendapati bahwa ucapan selamat Natal (Merry Christmas) tidak akan dijumpai di kantor-kantor pemerintahan dan pernyataan resmi pemerintah. Lho bukannya Amerika adalah negara Kristen? Mengapa mengucapkan selamat Natal koq tidak boleh dilakukan oleh pejabat/pemimpin dimanapun, termasuk di sekolah? Inilah konsekuensi dari sekularisme, sebuah aliran yang membedakan dengan tegas antara urusan dunia dan akherat…antara urusan negara (state) dan agama (church).

    Rabu, 11 Desember 2013

    Natal --- Apa fokusnya ??


    Natal—Apa
    Fokusnya?

    BAGI jutaan orang, Natal dan Tahun Baru adalah waktu bersama keluarga dan teman-teman, waktu untuk menguatkan kembali ikatan kasih. Banyak yang menganggapnya sebagai saat untuk mengenang kembali kelahiran Yesus Kristus dan peranannya sebagai Juru Selamat manusia. Di Rusia, berbeda dengan banyak negeri lainnya, orang tidak selalu boleh merayakan Natal. Meski selama berabad-abad para anggota Gereja Ortodoks Rusia bebas merayakan Natal, mereka dilarang melakukannya selama hampir sepanjang abad ke-20. Apa penyebabnya?

    Segera setelah revolusi Komunis Bolshevik tahun 1917, pemerintah Soviet dengan gencar memberlakukan kebijakan ateisme di seluruh pelosok negeri. Natal dengan semua embel-embelnya yang berbau agama dilarang. Negara mulai melancarkan kampanye menentang perayaan Natal dan Tahun Baru. Bahkan, lambang-lambang Natal setempat, seperti pohon Natal dan Ded Moroz, atau Kakek Fros, julukan untuk Sinterklas di Rusia, dilarang keras.

    Pada tahun 1935, terjadi perubahan total terhadap cara orang Rusia merayakan Natal dan Tahun Baru. Pohon Natal, Kakek Fros, dan perayaan Tahun Baru diizinkan lagi oleh pemerintah Soviet—tetapi dengan makna yang berbeda. Konon, Kakek Fros akan membawa hadiah bukan pada hari Natal, melainkan pada Tahun Baru. Demikian pula, tidak ada lagi pohon Natal. Yang ada hanyalah pohon Tahun Baru! Jadi, fokusnya benar-benar berubah di Uni Soviet. Pada kenyataannya, perayaan Tahun Baru menggantikan Natal.

    Paus : Natal Bukan 25 Desember

    PDF Print E-mail
    Tuesday, 18 December 2012 17:57
    Hj Irena Handono, Pakar Kristologi, Pendiri Irena Center
    Kontroversi NATAL memang tidak pernah surut dibahas tiap tahun apalagi menjelang peringatannya 25 Desember. Berbagai tulisan mengupas tentang asal-asul peringatan ini berulang-ulang dimuat kembali untuk membentengi umat Islam agar tidak terseret dalam peringatan ini. Tapi bukannya peringatan ini menjadi surut, tapi tiap tahun peringatan ini justru makin meriah walau coreng dibalik peringatan ‘suci’ kelahiran tuhan ini terkuak.
    Buku Paus mengupas kebohongan Natal
    Kejadian yang cukup menghebohkan dunia Kristen baru saja terjadi adalah pengungkapan jujur dari tokoh besar Kristen yakni Paus Benedictus XVI. Ia menulis sebuah buku, ‘Jesus of Nazareth: The Infancy Narrative’ yang diluncurkan Rabu (21/11/2012). Ia membongkar beberapa fakta yang mengejutkan seputar kelahiran Yesus Kristus. Antara lain menurutnya,

    Apakah Semua Pesta Menyenangkan Allah?


    APAKAH kamu senang pergi ke pesta?— Biasanya di sana ada banyak hal yang menyenangkan. Menurut kamu, apakah Guru Agung ingin kita pergi ke pesta?— Nah, sewaktu ada yang menikah, ia pergi ke pesta itu, dan beberapa muridnya ikut bersamanya. Yehuwa adalah ”Allah yang bahagia”, maka Ia senang sewaktu kita menikmati pesta yang baik.—1 Timotius 1:11; Yohanes 2:1-11.


    Di halaman 29 buku ini, kita diberi tahu bahwa Yehuwa membelah Laut Merah agar orang Israel menyeberanginya. Ingatkah kamu cerita itu?— Setelah itu, orang Israel bernyanyi dan menari serta mengucap syukur kepada Yehuwa. Suasananya seperti pesta. Orang-orang sangat bahagia, dan kita dapat yakin bahwa Allah pun bahagia.—Keluaran 15:1, 20, 21.


    Hampir 40 tahun kemudian, orang Israel pergi ke suatu pesta besar yang lain. Kali ini, mereka diundang oleh orang-orang yang sama sekali tidak menyembah Yehuwa. Sebenarnya, orang-orang yang mengundang mereka itu bahkan menyembah allah-allah lain dengan membungkuk di hadapannya dan melakukan hubungan seks dengan orang yang bukan suami atau istri mereka. Menurutmu, apakah kita boleh pergi ke pesta seperti itu?— Nah, Yehuwa tidak senang, dan Ia menghukum orang Israel.—Bilangan 25:1-9; 1 Korintus 10:8.

    Brad Pitt: Sinterkas Adalah Sebuah Kebohongan!

     
    koleksi foto selebriti
    Sinterklas selalu dianggap sebagai idola bagi sebagian orang. Terutama saat hari Natal tiba. Bayangkan saja bagaimana baiknya seseorang kakek tua berjanggut putih yang mungkin sudah cukup repot dengan rematiknya namun sempat menebarkan kebaikan dan membagikan hadiah kepada anak-anak kecil.

    Selasa, 10 Desember 2013

    Tema Agung dari Alkitab.


    Menafsirkan Alkitab Rahasia-rahasia yang tersimpan dalam buku Wahyu telah lama membingungkan siswa-siswa Alkitab yang tulus hati. Pada waktu yang Allah tentukan, rahasia-rahasia itu harus disingkapkan, tetapi bagaimana, kapan, dan kepada siapa? Hanya roh Allah yang dapat memberitahu maknanya bila waktu yang telah ditentukan sudah dekat. (Wahyu 1:3, NW) Rahasia-rahasia suci itu akan disingkapkan kepada hamba-hamba Allah yang bergairah di bumi agar mereka dikuatkan untuk mengumumkan keputusan-keputusan penghakimanNya. (Bandingkan Matius 13:10, 11.) Kami tidak menyatakan bahwa penjelasan dalam publikasi ini sempurna. Seperti Yusuf pada jaman dulu, kami mengatakan: ”Bukankah Allah yang berhak menafsirkan?” (Kejadian 40:8, NW) Tetapi, pada waktu yang sama, kami dengan yakin percaya bahwa penjelasan yang diuraikan di sini selaras dengan Alkitab secara keseluruhan, yang memperlihatkan betapa secara luar biasa nubuat ilahi telah digenapi dalam peristiwa-peristiwa dunia pada jaman kita yang penuh bencana ini.


    AMSAL Alkitab mengatakan: ”Akhir suatu hal lebih baik dari pada awalnya.” (Pengkhotbah 7:8) Dalam buku Wahyu inilah kita membaca tentang klimaks yang dramatis dari maksud-tujuan Allah yang mulia untuk menyucikan namaNya di hadapan semua makhluk ciptaan. Seperti dinyatakan Allah berulang kali melalui salah seorang dari nabi-nabiNya yang terdahulu: ”Mereka akan mengetahui bahwa Akulah [Yehuwa].”—Yehezkiel 25:17; 38:23.

    2 Buku Wahyu memaparkan mengenai akhir yang berkemenangan dari segala perkara, sedangkan buku-buku Alkitab yang sebelumnya menggambarkan awal mulanya bagi kita. Dengan memeriksa catatan ini, kita dapat mengerti sengketa-sengketa yang terlibat dan mendapat pandangan menyeluruh tentang maksud-tujuan Allah. Betapa menyenangkan hal itu! Selanjutnya, ini seharusnya menggugah kita untuk bertindak, agar kita dapat ikut menikmati masa depan menakjubkan yang tersedia bagi umat manusia. (Mazmur 145:16, 20) Pada saat ini, tampaknya tepat untuk membahas latar belakang dan tema dari seluruh Alkitab, agar kita dapat mengetahui masalah terpenting yang kini dihadapi seluruh umat manusia, maupun maksud-tujuan Allah yang dinyatakan dengan jelas untuk menyelesaikan masalah tersebut.

    Kerajaan Allah.



    KERAJAAN ALLAH

    Perwujudan dan pelaksanaan kedaulatan universal Allah atas makhluk-makhluk ciptaan-Nya, atau sarana yang Ia gunakan untuk tujuan tersebut. (Mz 103:19) Frasa ini khususnya digunakan untuk perwujudan kedaulatan Allah melalui suatu pemerintahan berbentuk kerajaan yang dikepalai oleh Putra-Nya, Kristus Yesus.

    Kata yang diterjemahkan ”kerajaan” dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen adalah ba·si·lei′a, yang berarti ”sebuah kerajaan, wilayah, daerah atau negeri yang diperintah oleh seorang raja; kuasa, wewenang, daerah kekuasaan, pemerintahan seorang raja; kebesaran kerajaan, gelar dan kehormatan seorang raja”. (The Analytical Greek Lexicon, 1908, hlm. 67) Markus dan Lukas sering kali menggunakan frasa ”kerajaan Allah”, sedangkan dalam catatan Matius frasa yang paralel, ”kerajaan surga”, muncul sebanyak kira-kira 30 kali.—Bdk. Mrk 10:23 dan Luk 18:24 dengan Mat 19:23, 24; lihat KERAJAAN; LANGIT DAN SURGA (Surga).

    Dalam hal struktur dan fungsinya, pemerintahan Allah adalah suatu teokrasi sejati (dari Yn. the·os′, allah, dan kra′tos, pemerintahan), pemerintahan oleh Allah. Istilah ”teokrasi” diakui berasal dari sejarawan Yahudi bernama Yosefus dari abad pertama M, yang tampaknya menciptakan istilah ini dalam karyanya Against Apion (II, 164, 165 [17]). Mengenai pemerintahan yang dibentuk atas Israel di Sinai, Yosefus menulis, ”Beberapa kelompok masyarakat mempercayakan kekuasaan politik tertingginya kepada monarki, kelompok-kelompok lain kepada oligarki, tetapi ada pula yang mempercayakannya kepada rakyat. Akan tetapi, pemberi hukum kita tidak tertarik kepada salah satu pun di antara bentuk-bentuk pemerintahan tersebut, sebaliknya, kepada negaranya ia memberikan suatu bentuk yang—jika boleh menggunakan istilah yang dipaksakan—dapat disebut suatu ’teokrasi [Yn., the·o·kra·ti′an]’, dengan menempatkan semua kedaulatan dan wewenang di tangan Allah.” Tentu saja, agar menjadi suatu teokrasi sejati, pemerintahan itu tidak mungkin ditetapkan oleh legislator manusia mana pun, misalnya oleh Musa, tetapi harus ditetapkan dan dibentuk oleh Allah. Catatan Alkitab memperlihatkan bahwa demikianlah halnya.

    Jumat, 06 Desember 2013

    Apakah Natal telah kehilangan sosok kristus ??

    Apakah Natal Telah Kehilangan Sosok Kristus?
    ”Saya tidak habis pikir melihat kemeriahan seputar hari Natal. Bagi saya, semuanya tampak sangat tidak konsisten dengan kehidupan dan ajaran Yesus.”—Mohandas K. Gandhi.

    BANYAK orang sama sekali tidak sependapat dengan Gandhi. ’Memangnya negarawan Hindu ini tahu apa tentang hari raya Kristen?’ demikian mungkin tanggapan mereka. Namun, harus diakui bahwa Natal telah menyebar ke seluruh dunia, mempengaruhi beragam budaya. Setiap bulan Desember, Natal tampak dirayakan di mana-mana.

    Misalnya, kira-kira 145 juta orang Asia merayakan Natal, 40 juta lebih banyak dari satu dekade yang lalu. Dan, jika yang dimaksud Gandhi dengan ”kemeriahan” adalah sisi duniawi dari perayaan Natal zaman modern, yakni konsumerisme gila-gilaan yang kita semua amati, maka tak dapat disangkal lagi bahwa aspek inilah yang sering kali paling menonjol dalam perayaan Natal. Majalah Asiaweek menyatakan, ”Natal di Asia—dari lampu-lampu yang gemerlapan di Hong Kong hingga pohon-pohon natal yang menjulang di hotel Yuletide, Beijing, hingga crèche di pusat kota Singapura—sebagian besar merupakan acara duniawi (terutama kegiatan jual-beli).”

    Apakah perayaan Natal zaman modern telah kehilangan sosok Kristus? Secara resmi, tanggal 25 Desember telah diperingati sejak abad keempat M, ketika Gereja Katolik Roma menetapkannya sebagai hari raya agama untuk memperingati kelahiran Yesus. Tetapi, menurut sebuah jajak pendapat belum lama ini di Amerika Serikat, hanya 33 persen dari para responden merasa bahwa kelahiran Kristus adalah aspek yang paling penting pada hari Natal.

    Natal—Benarkah Harganya Lebih Mahal daripada yang Anda Pikir?


     
    ”MAMA, Papa—apakah Sinterklas benar-benar ada?” Itu adalah saat yang menentukan yang dikhawatirkan banyak orang-tua. Dengan perasaan kecewa bercampur sakit hati yang terpancar di matanya, Jimmy yang berusia tujuh tahun meminta kepastian bahwa tokoh khayalan yang membawa semua hadiah yang bagus itu benar-benar ada—dan bahwa orang-tuanya tidak mendustainya.

    Ternyata, anak tetangga sebelah rumah yang menyingkapkan kebenaran yang tidak menyenangkan itu, dan membuat orang-tua tadi terpojok. Barangkali, di masa kecil, Anda mengalami hal serupa.

    Perayaan hari raya dewasa ini lebih daripada sekadar peringatan keagamaan. Tampaknya, Natal telah diterima di beberapa tempat yang tidak disangka akan menyukainya. Buddhis di Jepang, animis di Afrika, orang Yahudi di Amerika, dan muslimin di Singapura tampaknya telah membuka pintu bagi pria gemuk berbaju merah yang membawa hadiah. Seorang pemimpin agama bertanya, ”Bukankah Natal telah menjadi hari raya universal yang diperingati oleh semua orang?”

    Di mata banyak orang, Natal telah menanggalkan kostum ”Kristen” Baratnya dan menjadi kesempatan meriah bagi semua orang untuk bersenang-senang. Anak-anak menjadi pusat perhatian pada perayaan itu. Beberapa orang bahkan berani mengatakan bahwa kehidupan seorang anak belum lengkap tanpa kegembiraan yang istimewa dari hari raya ini. Tampaknya, Natal telah mapan. Kurikulum sekolah menjadikannya sebagai pusat kegiatan siswa. TV mengagungkannya. Pusat-pusat pertokoan dan toko serba ada ikut menyemarakkannya. Orang-tua mencurahkan banyak waktu dan uang demi Natal. Namun, selain akibat yang umum berupa lilitan utang, apakah ada harga yang lebih mahal yang harus dibayar keluarga Anda?

    ”Hari Santo Nicholas”—Dari Mana Asalnya?


     
     

    JIKA saudara melewati jalan-jalan di Belgia pada awal bulan Desember, saudara akan melihat pemandangan yang sangat menarik: kelompok-kelompok anak-anak pergi dari rumah ke rumah, menyanyikan syair-syair pendek yang disebut ”lagu-lagu Santo Nikolas”. Para penghuni rumah menyambut anak-anak yang manis itu dengan menghadiahi mereka buah-buahan, permen, atau uang.

     

    Perayaan apa ini? ”Hari Santo Nikolas”! Di Amerika Serikat dan negeri-negeri lain, ”Santo Nikolas”, atau ”Santa Claus”, dihubungkan dengan hari Natal. Tetapi di Belgia, ”santo” yang berjenggot itu mempunyai hari perayaannya sendiri. Sebenarnya, ”Santo Nikolas” (sinterklaas, atau Sint Nicolaas [di-Indonesiakan, Sinterklas]), yang hari perayaannya jatuh pada tanggal enam Desember, adalah salah satu ”santo” yang paling terkenal di Belgia dan Belanda. Banyak gereja, kapel, jalan, atau perumahan menggunakan namanya. Ia secara tradisional dikenal sebagai ”teman baik anak-anak” yang siap membagikan hadiah kepada mereka pada hari perayaannya.

     

    Pada malam sebelum hari libur itu, anak-anak menaruh salah satu sepatu atau sandal mereka dekat cerobong asap sambil menyanyikan syair-syair pendek. Mereka diberi tahu bahwa ”Santo” Nikolas dan pelayannya yang berkulit hitam (yang disebut Piet Hitam) akan tiba malam itu dengan kapal uap dari Spanyol. Kemudian, ”santo” itu akan menunggang kuda abu-abunya melintasi atap-atap rumah, diikuti oleh Piet Hitam, yang membawa sebuah tongkat dan kantong besar berisi mainan dan permen. Nikolas juga membawa apel, kacang, dan hasil ladang lainnya. Sering kali ia meninggalkan sejenis biskuit berbumbu berwarna coklat yang disebut speculaas, atau biskuit uskup, yang dibuat dengan bentuk-bentuk khas yang bagus.

    Hari-Hari Raya-Natal.

     

    Definisi: Hari-hari yang biasanya ditandai dengan libur dari pekerjaan sekuler dan sekolah guna merayakan suatu peristiwa. Hari-hari tersebut bisa juga berupa kesempatan untuk pesta-pesta keluarga atau masyarakat. Orang-orang yang ambil bagian di dalamnya dapat menganggapnya bersifat agama atau sebagian besar bersifat ramah-tamah atau duniawi.

    Apakah Hari Natal perayaan yang didasarkan atas Alkitab?

    Tanggal Perayaan

    Cyclopœdia karya M’Clintock dan Strong mengatakan, ”Perayaan Hari Natal bukan suatu ketetapan ilahi, juga tidak berasal dari P[erjanjian] B[aru]. Hari kelahiran Kristus tidak dapat dipastikan dari P[erjanjian] B[aru], atau, malah, dari sumber lain mana pun.”—(New York, 1871), Jil. II, hlm. 276.

    Luk. 2:8-11 menunjukkan bahwa gembala-gembala berada di padang pada malam hari sewaktu Yesus dilahirkan. Buku Daily Life in the Time of Jesus menyatakan, ”Kawanan ternak . . . melewati musim dingin di dalam kandang; dan dari sini saja nyata bahwa tanggal tradisional untuk Hari Natal, yaitu pada musim dingin, tidak mungkin benar, karena Injil mengatakan bahwa gembala-gembala berada di padang.”—(New York, 1962), Henri Daniel-Rops, hlm. 228.

    Minggu, 24 November 2013

    Natal-itukah cara untuk menyambut Yesus ???

    Natal—Itukah Cara untuk Menyambut Yesus?

    KELAHIRAN sang Juruselamat, Mesias yang telah lama dinanti-nantikan, benar-benar merupakan saat untuk bersukacita. ”Jangan takut,” demikian pemberitahuan seorang malaikat kepada para gembala di sekitar Betlehem, ”Aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan.” Sejumlah besar malaikat bersatu-padu, memuji Allah, ”Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya.” (Lukas 2:10-14) Beberapa orang mungkin menyimpulkan bahwa umat kristiani harus meniru para malaikat dalam menyatakan sukacita atas kedatangan Kristus ke bumi pada waktu itu.

    Ini bukanlah catatan Alkitab pertama mengenai para malaikat yang meluap dalam nyanyian pujian. Pada waktu dasar bumi diletakkan, ”bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai”. (Ayub 38:4-7) Tanggal persisnya kejadian ini tidak dicatat dalam Alkitab. (Kejadian 1:1, 14-18) Bagaimanapun besarnya sukacita pada waktu kejadian itu, umat kristiani hendaknya tidak beranggapan bahwa karena para malaikat bersorak-sorai, maka mereka harus merayakan hari penciptaan bumi setiap tahun dan mungkin menerima suatu perayaan kafir untuk memperingati kejadian itu.

    Namun, itulah yang dilakukan orang-orang yang merayakan Natal terhadap kelahiran Kristus Yesus. Bila diperiksa setiap ensiklopedi yang paling terpercaya di bawah pokok ”Natal”, terbukti bahwa tanggal kelahiran Kristus tidak diketahui. (Lihat kotak.) Alkitab tidak menyatakan apa-apa tentang tanggal tersebut.

    Berpautlah pada Ibadat Sejati--natal.



     
    Apa yang Alkitab ajarkan tentang pemujaan patung dan leluhur?

    Apa pandangan orang Kristen mengenai hari raya agama?

    Bagaimana caranya menjelaskan kepercayaan Anda tanpa menyinggung perasaan orang?

    KATAKANLAH Anda baru saja tahu bahwa seluruh lingkungan tempat tinggal Anda telah tercemar. Seseorang diam-diam telah membuang limbah beracun di daerah itu, dan sekarang kehidupan semua orang terancam bahaya. Apa yang akan Anda lakukan? Sebisa mungkin, Anda tentu akan pindah dari sana. Tetapi, setelah itu, Anda masih dihantui pertanyaan penting, ’Apakah saya sudah terkena racun?’

    2 Demikian pula keadaannya dengan agama palsu. Alkitab mengajarkan bahwa agama seperti itu sudah tercemar dengan ajaran dan cara beribadat yang najis. (2 Korintus 6:17) Itulah sebabnya mengapa begitu penting untuk keluar dari ”Babilon Besar”, imperium agama palsu sedunia. (Penyingkapan 18:2, 4) Sudahkah Anda melakukannya? Jika sudah, Anda patut dipuji. Tetapi, ada lagi yang dituntut selain memutuskan hubungan dengan agama palsu. Anda selanjutnya harus bertanya kepada diri sendiri, ’Apakah masih ada sisa-sisa agama palsu yang mencemari diri saya?’ Pertimbangkan beberapa contoh.

    Asal usul Natal zaman Modern

    Asal Usul Natal Zaman Modern

    BAGI jutaan orang di seluruh dunia, Natal adalah saat yang penuh sukacita dalam setahun. Inilah waktunya untuk makan-makan, menjalankan tradisi turun-temurun, dan menikmati kebersamaan dalam keluarga. Hari Natal adalah juga kesempatan bagi sahabat dan sanak saudara untuk bertukar kartu dan hadiah.

    Akan tetapi, 150 tahun yang lalu, Natal sebenarnya merupakan hari raya yang sangat berbeda. Dalam bukunya, The Battle for Christmas, profesor sejarah Stephen Nissenbaum menulis, ”Natal . . . adalah saat untuk bermabuk-mabukan karena aturan-aturan yang menuntun perilaku manusia dalam masyarakat untuk sementara diabaikan demi ’karnaval’, semacam Mardi Gras di bulan Desember.”

    Bagi orang yang sangat menghormati Natal, gambaran ini mungkin mengganggu perasaannya. Mengapa orang-orang sampai hati menodai hari raya yang bertujuan memperingati kelahiran Putra Allah? Jawabannya mungkin mengejutkan saudara.

    Dasar yang Keliru

    Sejak kemunculannya pada abad keempat, Natal telah diliputi oleh berbagai kontroversi. Misalnya, timbul pertanyaan tentang hari kelahiran Yesus. Karena Alkitab tidak memerinci hari maupun bulan kelahiran Yesus, berbagai tanggal telah diajukan. Pada abad ketiga, sekelompok teolog Mesir menetapkan tanggal 20 Mei sebagai hari kelahiran Yesus, sedangkan para teolog lainnya lebih menyukai tanggal-tanggal yang lebih awal, seperti tanggal 28 Maret, 2 April, atau 19 April. Menjelang abad ke-18, kelahiran Yesus dikaitkan dengan setiap bulan dalam setahun! Kalau begitu, bagaimana tanggal 25 Desember yang akhirnya terpilih?

    Kebanyakan sarjana setuju bahwa tanggal 25 Desember ditetapkan oleh Gereja Katolik sebagai hari kelahiran Yesus. Mengapa? ”Kemungkinan besar alasannya adalah,” kata The New Encyclopædia Britannica, ”orang-orang Kristen masa awal ingin agar tanggalnya bertepatan dengan tanggal festival kafir Romawi bagi ’hari lahir matahari yang tak tertaklukkan’.” Tetapi mengapa orang-orang Kristen yang dianiaya dengan kejam oleh orang-orang kafir selama lebih dari dua setengah abad tiba-tiba saja mengalah pada pihak yang menganiaya mereka?

    Berbagai Perayaan yang Tidak Menyenangkan Allah

     
    ”Teruslah pastikan apa yang diperkenan Tuan.”—EFESUS 5:10.

    ”PARA penyembah yang benar,” kata Yesus, ”akan menyembah Bapak dengan roh dan kebenaran, karena, sesungguhnya, Bapak mencari orang-orang yang seperti itu supaya mereka menyembah dia.” (Yohanes 4:23) Pada waktu Yehuwa menemukan orang-orang seperti itu—sebagaimana Ia menemukan Saudara—Ia menarik mereka kepada-Nya dan kepada Putra-Nya. (Yohanes 6:44) Benar-benar suatu kehormatan! Tetapi, para pencinta kebenaran Alkitab harus ’terus memastikan apa yang diperkenan Tuan’, sebab Setan adalah penipu ulung.—Efesus 5:10; Penyingkapan 12:9.

    2 Perhatikan apa yang terjadi di dekat Gunung Sinai ketika orang Israel meminta Harun membuatkan suatu allah untuk mereka. Harun dengan berat hati menuruti keinginan mereka, lalu membuat sebuah anak lembu emas tetapi dia secara tidak langsung menyatakan bahwa patung itu melambangkan Yehuwa. ”Besok ada perayaan bagi Yehuwa,” katanya. Apakah Yehuwa bersikap masa bodoh terhadap peleburan agama yang sejati dengan yang palsu? Tidak. Atas perintah-Nya, kira-kira tiga ribu penyembah berhala dibunuh. (Keluaran 32:1-6, 10, 28) Hikmahnya? Jika kita ingin tetap berada dalam kasih Allah, kita tidak boleh ”menyentuh apa pun yang najis” dan harus dengan sungguh-sungguh menjaga kebenaran tetap bersih dari unsur apa pun yang bersifat merusak.—Yesaya 52:11; Yehezkiel 44:23; Galatia 5:9.

    Rabu, 20 November 2013

    Neraka—Siksaan Kekal atau Kuburan Umum?

     

    APAKAH saudara telah diberi tahu bahwa Bapa-Bapa Gereja masa awal, teolog-teolog abad pertengahan dan para Reformis menyatakan bahwa siksaan yang dialami di neraka bersifat kekal? Jika demikian, mungkin saudara akan terkejut bila mengetahui bahwa beberapa sarjana Alkitab yang sangat terpandang sekarang sedang menantang pandangan itu. Di Inggris, salah seorang dari antara mereka, John R. W. Stott, menulis bahwa ”Alkitab menunjuk ke arah pembinasaan, dan bahwa ’siksaan kekal secara sadar’ adalah suatu tradisi yang harus tunduk kepada wewenang tertinggi dari Alkitab.”—Essentials—A Liberal-Evangelical Dialogue.

    Apa yang membuatnya menyimpulkan bahwa ajaran siksaan kekal tidak berdasarkan Alkitab?

    Pelajaran Bahasa

    Argumen pertamanya menyangkut bahasa. Ia menjelaskan bahwa bila Alkitab menunjuk kepada akhir dari keadaan terkutuk (”Gehena”; lihat kotak, halaman 8), buku itu sering menggunakan kosa kata ”pembinasaan”, dalam bahasa Yunani ”kata kerjanya adalah apollumi (membinasakan) dan kata bendanya adalah apòleia (pembinasaan)”. Apakah kata-kata ini mengacu kepada siksaan? Stott menjelaskan bahwa bila kata kerjanya bersifat aktif dan transitif, ”apollumi” berarti ”membunuh”. (Matius 2:13; 12:14; 21:41) Jadi, di Matius 10:28, yang dalam King James Version disebutkan bahwa Allah membinasakan ”jiwa maupun tubuh di dalam neraka”, gagasan yang terkandung adalah kebinasaan dalam kematian, bukan siksaan kekal. Di Matius 7:13, 14, Yesus membandingkan ”sesaklah . . . jalan yang menuju kepada kehidupan” dengan ”lebarlah . . . jalan yang menuju kepada kebinasaan”. Stott berkomentar, ”Oleh karena itu, akan tampak aneh jika orang-orang yang dikatakan mengalami kebinasaan ternyata tidak binasa.” Dengan alasan yang dapat dibenarkan, ia mencapai kesimpulan, ”Jika membunuh adalah mencabut kehidupan dari tubuh, maka neraka tampaknya berarti pencabutan kehidupan fisik maupun rohani, yaitu, menjadi tidak ada.”—Essentials, halaman 315-16.

    Surga.


    Definisi: Tempat kediaman Allah Yehuwa dan makhluk-makhluk roh yang setia; suatu alam yang tidak terlihat oleh mata manusia. Alkitab juga menggunakan istilah ”surga” dalam berbagai macam arti yang lain; misalnya: untuk menunjukkan Allah sendiri, organisasi-Nya yang terdiri dari makhluk-makhluk roh yang setia, suatu kedudukan perkenan ilahi, dan pemerintahan surgawi yang baru dan benar di bawah Yesus Kristus dan ahli-ahli waris lain bersamanya yang diberi kuasa oleh Yehuwa untuk memerintah.

    Apakah kita sudah ada di alam roh sebelum dilahirkan sebagai manusia?

    Yoh. 8:23: ”[Yesus Kristus berkata,] ’Kamu dari alam di bawah; aku dari alam di atas. Kamu dari dunia ini; aku bukan dari dunia ini.’” (Yesus memang datang dari alam roh. Namun, seperti Yesus katakan, orang lain tidak.)

    Rm. 9:10-12: ”Ribka mengandung anak kembar . . . Sewaktu mereka belum dilahirkan ataupun mempraktekkan apa pun yang baik atau keji, supaya maksud-tujuan Allah berkenaan dengan pemilihan tetap bergantung, bukan pada perbuatan, tetapi pada Pribadi yang memanggil, kepada Ribka dikatakan, ’Yang lebih tua akan menjadi budak dari yang lebih muda.’” (Jika Yakub dan Esau yang kembar sebelumnya sudah hidup di alam roh, mereka tentu sudah mempunyai catatan mengenai perbuatan mereka di sana, bukan? Namun, mereka tidak mempunyai catatan seperti itu sampai mereka lahir sebagai manusia.)

    Apakah semua orang baik masuk surga?

    Kis. 2:34: ”Daud [yang disebut Alkitab sebagai ’seorang yang membuat hati Yehuwa senang’] tidak naik ke surga.”

    Mat. 11:11: ”Dengan sungguh-sungguh aku mengatakan kepada kamu sekalian: Di antara mereka yang dilahirkan wanita tidak pernah tampil yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis; tetapi seseorang yang lebih kecil dalam kerajaan surga lebih besar daripada dia.” (Jadi, Yohanes tidak naik ke surga ketika ia meninggal.)

    LANGIT DAN SURGA


     
    Kata Ibrani sya·mayim (selalu jamak), yang diterjemahkan menjadi ”langit” atau ”surga”, tampaknya memiliki makna dasar tentang sesuatu yang tinggi atau mulia. (Kej 24:3; Mz 2:4; 103:11; Ams 25:3; Yes 55:9) Etimologi kata Yunani untuk langit dan surga (ou·ra·nos) tidak dapat dipastikan.



    Langit. Cakupan makna langit secara keseluruhan terdapat dalam istilah bahasa aslinya. Konteks biasanya menyediakan keterangan yang cukup untuk menentukan bagian mana dari langit yang dimaksud.

    Langit berupa atmosfer bumi. ”Langit” dapat memaksudkan seluruh atmosfer bumi; di sini embun dan embun beku terbentuk (Kej 27:28; Ayb 38:29), burung-burung terbang (Ul 4:17; Ams 30:19; Mat 6:26), angin berembus (Mz 78:26), kilat berkilau (Luk 17:24), dan awan melayang serta menurunkan hujan, salju, atau hujan batu (Yos 10:11; 1Raj 18:45; Yes 55:10; Kis 14:17). ”Langit” adakalanya memaksudkan kubah atau lengkungan yang tampak seolah-olah melingkungi bumi.—Mat 16:1-3; Kis 1:10, 11.
    Daerah di atmosfer ini biasanya disamakan dengan ”angkasa” [Ibr., ra·qiaʽ]” yang dibentuk pada periode kedua penciptaan, sebagaimana diuraikan di Kejadian 1:6-8. Tampaknya, ”langit” inilah yang dimaksud dalam Kejadian 2:4; Keluaran 20:11; 31:17 sewaktu mengisahkan penciptaan ”langit dan bumi”.—Lihat ANGKASA.



    Sewaktu angkasa berupa atmosfer terbentuk, permukaan air di bumi dipisahkan dari air lain di atas angkasa itu. Hal ini menjelaskan ungkapan yang digunakan sehubungan dengan Air Bah sedunia pada zaman Nuh, yakni ”pecahlah semua sumber air yang dalam dan sangat luas dan terbukalah pintu-pintu air di langit”. (Kej 7:11; bdk. Ams 8:27, 28.) Sewaktu Air Bah, air yang tertahan di atas angkasa tampaknya turun seolah-olah melewati saluran-saluran tertentu, tercurah dalam bentuk hujan. Sewaktu tempat penyimpanan air yang sangat besar ini telah mengosongkan diri, ”pintu-pintu air di langit” tersebut pun seolah-olah ”ditutup”.—Kej 8:2.

    Senin, 18 November 2013

    Kebenaran tentang Natal

     

    APAKAH Anda memandang penting kebenaran rohani? Jika ya, mungkin Anda pernah mempertanyakan hal-hal ini: (1) Apakah Yesus memang lahir pada tanggal 25 Desember? (2) Siapakah ”orang-orang majus” dan apakah jumlahnya memang tiga orang? (3) ”Bintang” apa yang mengarahkan mereka kepada Yesus? (4) Apa hubungan Sinterklas dengan Yesus dan kelahirannya? (5) Bagaimana pandangan Allah tentang kebiasaan memberi hadiah atau, lebih tepatnya, tukar-menukar hadiah pada waktu Natal?

    Sekarang, mari kita bahas pertanyaan-pertanyaan ini berdasarkan Alkitab dan fakta sejarah.
    (1) Apakah Yesus Lahir pada Tanggal 25 Desember?

    Kebiasaan: Menurut tradisi, kelahiran Yesus terjadi dan dirayakan pada 25 Desember. Ensiklopedi Indonesia menjelaskan bahwa Natal adalah pesta peringatan hari kelahiran Yesus di Betlehem.

    Asal usulnya: ”Proses penetapan tanggal 25 Desember tidak berdasarkan Alkitab,” kata The Christmas Encyclopedia, ”tetapi dari perayaan kafir Romawi yang diadakan pada akhir tahun”, sekitar waktu titik balik matahari pada musim dingin di Belahan Bumi Utara. Salah satunya ialah perayaan Saturnalia, untuk menghormati Saturnus, dewa pertanian, ”dan perayaan gabungan untuk dua dewa matahari, Sol dari Roma dan Mitra dari Persia”, kata ensiklopedia yang sama. Hari lahir kedua dewa itu dirayakan pada tanggal 25 Desember, titik balik matahari pada musim dingin menurut kalender Julius.

    Perayaan-perayaan kafir itu mulai ”dikristenkan” pada tahun 350, sewaktu Paus Julius I menyatakan 25 Desember sebagai hari kelahiran Kristus. ”Kelahiran Kristus ini perlahan-lahan diterima atau menggantikan semua ritus titik balik matahari lainnya,” kata Encyclopedia of Religion. ”Lambang-lambang matahari semakin digunakan untuk menggambarkan Kristus yang telah dibangkitkan (yang juga disebut Sol Invictus), dan lambang kuno lingkaran matahari . . . menjadi lingkaran cahaya di kepala para santo Kristen.”

    Pandangan Alkitab-Alasan mengapa Natal bukan bagi umat Kristiani.

    Pandangan Alkitab

    Alasan Mengapa Natal Bukan bagi Umat Kristiani

    ’NATAL dilarang! Siapa pun yang merayakannya atau bahkan tinggal di rumah, tidak bekerja pada hari Natal akan dijatuhi hukuman!’

    Hal yang tampak aneh ini sungguh-sungguh terjadi pada abad ke-17. Orang-orang puritan (salah satu anggota mazhab Gereja Protestan) melarang perayaan itu di Inggris. Apa penyebab pendirian yang demikian tegas untuk menentang Natal? Dan mengapa dewasa ini terdapat jutaan orang yang merasa bahwa Natal bukan bagi umat kristiani?

    Dari Mana Sebenarnya Natal Berasal?

    Anda mungkin terkejut bila mempelajari bahwa Natal tidak diajarkan oleh Kristus Yesus maupun dirayakan olehnya atau para muridnya di abad pertama. Kenyataannya, tidak ada catatan tentang perayaan Natal sampai 300 tahun setelah Kristus wafat.

    Kebanyakan orang yang hidup di zaman itu menyembah matahari, karena mereka merasakan ketergantungan yang kuat pada siklus tahunannya. Berbagai upacara yang terinci menyertai ibadat kepada matahari di Eropa, Mesir, dan Persia. Tema pokok perayaan-perayaan ini adalah kembalinya terang. Matahari, karena tampak lemah selama musim dingin, dimohon untuk kembali dari ’perjalanan jauh’. Perayaan-perayaan itu meliputi pesta pora, makan-makan, dansa-dansi, mendandani rumah dengan aneka lampu dan hiasan serta saling memberi hadiah. Apakah kegiatan-kegiatan ini kelihatannya sudah umum?

    Jumat, 15 November 2013

    ALLAH atau Elohim

    Apa pun yang disembah dapat disebut allah atau dewa, karena si penyembah mengakuinya sebagai sesuatu yang lebih perkasa daripada dirinya dan ia memujanya. Seseorang bahkan dapat menjadikan perutnya sebagai allah. (Rm 16:18; Flp 3:18, 19) Alkitab menyebutkan bahwa ada banyak allah (Mz 86:8; 1Kor 8:5, 6), tetapi memperlihatkan bahwa allah-allah berbagai bangsa tidak ada nilainya.—Mz 96:5; lihat DEWA DAN DEWI.

    Kata-Kata Ibrani. Kata Ibrani yang diterjemahkan ”Allah” antara lain ialah ʼEl, yang mungkin berarti ”Yang Perkasa; Yang Kuat”. (Kej 14:18) Kata itu digunakan untuk memaksudkan Yehuwa, allah-allah lain, dan manusia. Kata itu juga digunakan secara luas sebagai bagian dari nama pribadi, seperti Elisa (yang berarti ”Allah Adalah Keselamatan”) dan Mikhael (”Siapa Seperti Allah?”). Di beberapa ayat, ʼEl muncul dengan kata sandang tentu (ha·ʼEl, harfiah, ”Allah” [bhs. Ing., the God]) untuk memaksudkan Yehuwa, dengan demikian membedakan Dia dari allah-allah lain.—Kej 46:3; 2Sam 22:31; lihat Rbi8, Apendiks 1F dan 1G.

    Dalam nubuat di Yesaya 9:6, Yesus Kristus disebut sebagai ʼEl Gib·bohr, ”Allah yang Perkasa” (bukan ʼEl Syad·dai [Allah Yang Mahakuasa], yang ditujukan kepada Yehuwa di Kejadian 17:1).

    Yesus


     
    Nama dan gelar Putra Allah setelah ia diurapi sewaktu berada di bumi.
    Nama Yesus (Yn., I·e·sous) sama dengan nama Ibrani Yesyua (atau, bentuk yang lebih lengkapnya, Yehosyua), yang artinya ”Yehuwa Adalah Keselamatan”. Nama itu sendiri tidak istimewa, karena pada masa itu banyak orang memiliki nama tersebut. Itulah sebabnya, sering kali ada penambahan keterangan seperti ”Yesus, orang Nazaret”. (Mrk 10:47; Kis 2:22) Kristus berasal dari kata Yunani Khri·stos, padanan kata Ibrani Ma·syiakh (Mesias), yang artinya ”Orang yang Diurapi”. Sekalipun ungkapan ”orang yang diurapi” cocok untuk diterapkan pada orang-orang sebelum Yesus, seperti Musa, Harun, dan Daud (Ibr 11:24-26; Im 4:3; 8:12; 2Sam 22:51), kedudukan, jabatan, atau dinas yang mereka pegang setelah diurapi hanyalah gambaran pendahuluan dari kedudukan, jabatan, dan dinas yang lebih unggul yang dimiliki Yesus Kristus. Oleh karena itu, dalam arti yang paling unggul dan unik Yesus adalah ”Kristus, Putra dari Allah yang hidup”.—Mat 16:16; lihat KRISTUS; MESIAS.

    YEHUWA



     

    [bentuk kausatif imperfek dari kata kerja Ibr., ha·wah′ (menjadi); artinya ”Ia Menyebabkan Menjadi”].


    Nama pribadi Allah. (Yes 42:8; 54:5) Meskipun dalam Alkitab Allah disebut dengan berbagai gelar deskriptif, misalnya ”Allah”, ”Tuan Yang Berdaulat”, ”Pencipta”, ”Bapak”, ”Yang Mahakuasa”, dan ”Yang Mahatinggi”, kepribadian serta sifat-sifat-Nya—siapa dan apa sebenarnya Dia—sepenuhnya terangkum dan dinyatakan dalam nama pribadi ini saja.—Mz 83:18.

    Gehena


     
    [bentuk Yn. dari kata Ibr. Geh Hin·nom, ”Lembah Hinom”].

    Nama ini muncul 12 kali dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen, dan meskipun banyak penerjemah mengalihbahasakannya secara bebas dengan kata ”neraka”, sejumlah terjemahan modern mentransliterasi kata tersebut dari kata Yunani geen·na.—Mat 5:22, Ro, Mo, ED, NW, BC (Spanyol), NC (Spanyol), juga catatan kaki Da dan RS.



    Lembah Hinom yang dalam dan sempit, yang belakangan dikenal dengan nama Yunani ini, terletak di sebelah selatan dan barat daya Yerusalem kuno dan sekarang adalah Wadi er-Rababi (Ge Ben Hinnom). (Yos 15:8; 18:16; Yer 19:2, 6; lihat HINOM, LEMBAH.) Raja Ahaz dan Raja Manasye dari Yehuda melakukan penyembahan berhala di sana, yang mencakup pembakaran manusia sebagai korban kepada Baal. (2Taw 28:1, 3; 33:1, 6; Yer 7:31, 32; 32:35) Belakangan, agar kegiatan semacam itu tidak lagi dilakukan di sana, Raja Yosia yang setia menajiskan tempat penyembahan berhala tersebut, khususnya bagian yang disebut Tofet.—2Raj 23:10.

    Bukan Lambang Siksaan Abadi. Yesus Kristus menghubungkan api dengan Gehena (Mat 5:22; 18:9; Mrk 9:47, 48), sebagaimana dilakukan Yakobus, sang murid, satu-satunya penulis Alkitab yang menggunakan kata itu selain Matius, Markus, serta Lukas. (Yak 3:6) Beberapa komentator berupaya mengaitkan api, yang merupakan karakteristik Gehena, dengan pembakaran korban-korban manusia yang dilakukan sebelum pemerintahan Yosia dan, atas dasar itu, berpendapat bahwa Gehena digunakan oleh Yesus sebagai lambang siksaan abadi. Namun, mengingat Allah Yehuwa menyatakan perasaan jijik terhadap praktek semacam itu, dengan mengatakan bahwa itu adalah ”suatu hal yang tidak pernah kuperintahkan dan yang tidak pernah muncul dalam hatiku” (Yer 7:31; 32:35), sangatlah mustahil jika Putra Allah, sewaktu membahas penghakiman ilahi, menjadikan praktek penyembahan berhala semacam itu sebagai dasar untuk makna simbolis Gehena. Patut diperhatikan bahwa melalui nubuat, Allah menetapkan Lembah Hinom sebagai tempat pembuangan mayat secara massal, bukan tempat penyiksaan para korban yang masih hidup. (Yer 7:32, 33; 19:2, 6, 7, 10, 11) Jadi, secara umum diakui bahwa ”lembah tempat bangkai-bangkai dan abu yang berlemak” yang disebutkan di Yeremia 31:40 memaksudkan Lembah Hinom, dan gerbang yang dikenal sebagai ”Gerbang Tumpukan-abu” tampaknya menghadap ke ujung timur lembah itu pada sambungannya dengan jurang Kidron.—Neh 3:13, 14.
    Oleh karena itu, bukti Alkitab tentang Gehena pada umumnya sejajar dengan pandangan turun-temurun para rabi dan sumber-sumber lain. Menurut pandangan itu, Lembah Hinom digunakan sebagai tempat pembuangan limbah kota Yerusalem. (Di Mat 5:30, Ph menerjemahkan geen·na sebagai ”tumpukan sampah”.) Mengenai ”Gehinom”, komentator Yahudi bernama David Kimhi (1160?-1235?), dalam komentarnya atas Mazmur 27:13, memberikan informasi historis berikut, ”Dan ini adalah tempat di negeri itu yang berdekatan dengan Yerusalem, dan tempat ini sangat menjijikkan, dan mereka membuang ke sana hal-hal najis serta bangkai-bangkai. Selain itu, di sana ada api yang tak kunjung padam untuk membakar hal-hal najis dan tulang bangkai-bangkai. Oleh karena itu, secara simbolis, penghukuman atas orang fasik disebut Gehinom.”